Minggu, 09 November 2008

Anak saya mempunyai kelainan jantung bawaan.

Saya menikah th 2004 setahun kemudian anak saya lahir tepatnya pada Januari 2005. Pada saat istri saya mengandung sampai dengan kelahiran anak saya, dokter mengatakan jabang bayi anak saya ini baik-baik saja. Pada saat pengecekan dengan USG (saat masih dalam kandungan istri) terdengar oleh telinga awam saya bahwa detak jantung anak saya berbeda dengan suara detak jantung saya, kalau dokter mengatakan bahwa anak saya baik-baik saja tentunya saya sangat senang. Setelah kelahiran anak, saya sangat senang karena dokter yang menyambut proses kelahiran sang bayi dan yang merawat setelah kelahiran sang bayi semuanya mengatakan baik-baik saja. Saat usia 2 bulan, saya melihat bahwa anak saya kalau tidur ngos-ngosan ( padahal usia baru 2 bulan, dan aktivitasnya kebanyakan tidur dengan memakai bedong/kain), kemudian hal itu saya tanyakan ke dokternya ( yang merawat pasca kelahiran anak). Oleh dokter dirujuk ke RSCM yang hasilnya bahwa anak saya mengalami kelainan jantung bawaan ( jantung bocor & bengkak). Saya mencari second opinion ke RS Harapan Kita, hasilnya kurang lebih sama, dan kedua dokter dari kedua RS tersebut merekomendasikan bahwa anak saya harus operasi.
Saya sangat sedih menerima kabar bahwa anak saya sungguh "istimewa". Biaya operasinya saja 50 juta (th 2005) belum termasuk rawat inap, kunjungan dokter, ruang ICU, obat2an, akomodasi saya (saya tinggal di Bogor) dsb. Karena alasan biaya, saya ikutkan dia untuk terapi saja. Wujud terapi ini berupa pijat urut dari ujung kepala sampai ujung kaki.
Singkat kata saya haturkan puji syukur kehadirat Sang Khalik karena anak saya sekarang usia 3 tahun 9 bulan (per Nov '08) bisa sekolah di playgroup walau dengan beberapa keterbatasan fisik. Keterbatasan fisik berupa mudah capek, kalau dipaksakan kadang timbul batuk & pilek.

Mungkin ada tanggapan dari pemerhati & pembaca blog ini ??? Tolong berikan saya saran & masukan. Terima kasih banyak sebelumnya.

Tidak ada komentar: